Rabu, 29 April 2020

Perubahan Masyarakat Indonesia pada Masa Penjajahan

Terjadinya kolonialisme dan imperialisme di Indonesia berdampak pada berbagai perubahan masyarakat Indonesia baik aspek geografis, budaya, ekonomi, pendidikan maupun politik. Berikut ini uraian lebih lanjut!

A. Perubahan pada Masa Kolonial Barat
1) Perluasan Penggunaan Lahan
Pada dasarnya perkebunan bangsa Indonesia telah berkembang sebelum masa penjajahan. Bangsa Indonesia telah memiliki teknologi turun temurun untuk mengembangkan berbagai teknologi pertanian. Pada masa penjajahan, terjadi perubahan besar dalam perkembangan perkebunan. Penambahan jumlah lahan untuk tanaman ekspor dilakukan di berbagai wilayah di Indonesia. Pemerintah kolonial Belanda menggencarkan pengembangan lahan begitu juga dengan perusahaan-perusahan swasta.

Pada masa kolonial Hindia Belanda, banyak perusahaan asing yang menanamkan investasi di Indonesia. Berhektar-hektar hutan dibuka untuk pembukaan lahan perkebunan. Hingga kini masih ada bekas-bekas perkebunan yang dahulu dikuasai Belanda. Seperti masih adanya saluran irigasi Bendungan Komering 10 (BK 10) yang letaknya di Desa Gumawang, Belitang Madang Raya, Kabupaten OKU Timur, Sumatera Selatan. Saluran itu awalnya dibangun sejak masa Hindia Belanda. Daerah OKU Timur yang awalnya hutan belantara dijadikan lahan lahan pertanian dan perkebunan yang sangat subur hingga sekarang. Sepanjang aliran irigasi itu menjadi lumbung padi Sumatera Selatan hingga sekarang.

2) Persebaran Penduduk dan Urbanisasi
Sejarah transmigrasi Indonesia terutama terjadi pada akhir abad XIX, dan tujuan utama transmigrasi pda masa itu adalah untuk menyebarkan tenaga kerja murah di berbagai perkebunan di Sumatera dan kalimantan. Pembukaan perkebunan masa kolonial Barat di Indonesia telah berhasil mendorong persebaran penduduk Indonesia.

Munculnya berbagai pusat industri dan pekembangan berbagai fasilitas di kota menjadi daya dorong perkembangan kota-kota. Urbanisasi terjadi hampir di berbagai daerah di Indonesia. Daerah awalnya hutan belantara menjadi ramai dan gemerlap karena ditemukannya area pertambangan. Persebaran penduduk Indonesia tidak sebatas dalam lingkungan nasional, tetapi juga lintas negara.

3) Pengenalan Tanaman Baru
Pengaruh pemerintahan kolonial Barat di satu sisi memiliki pengaruh positif dalam mengenalkan berbagai tanaman dan teknologi dalam pertanian dan perkebunan. Beberapa tanaman andalan ekspor dikenal dan dikembangkan di Indonesia. Pengenalan tanaman baru sangat bermanfaat dalam perkembangan pertanian dan pekebunan di Indonesia.

4) Penemuan Tambang-tambang
Pembukaan lahan pada kolonial Barat juga dilakukan untuk pertambangan minyak bumi, logam dan batu bara. Pembukaan lahan untuk pertambangan ini terutama terjadi pada akhir abad ke XIX dan awal abad ke XX.

5) Transportasi dan Komunikasi
Pada masa penjajahan Belanda, banyak dibangun jalan raya, jaringan telepon dan rel kereta api. Pembangunan beberapa sarana transportasi dan komunikasi itu mendorong mobilitas barang dan jasa yang sangat cepat. Pada transportasi laut juga dibangun berbagai dermaga di berbagai daerah di Indonesia.

6) Perkembangan Kegiatan Ekonomi
Perubahan dalam masyarakat dalam kegiatan ekonomi pada masa kolonial terjadi baik dalam kegiatan produksi, konsumi, dan distribusi. Kegiatan produksi dalam pertanian dan perkebunan semakin maju dengan ditemukannya berbagai teknologi pertanian bervariasi. Rakyat mulai mengenal tanaman yang tidak hanya untuk dipanen semusim. Pembukaan berbagai perusahaan telah melahirkan berbagai jenis pekerjaan dalam bidang yang berbeda. Sebagai contoh, munculnya kuli-kuli perkebunan, mandor, dan administrasi di berbagai perusahaan pemerintah ataupun swasta. Kegiatan ekspor-impor juga mengalami kenaikan signifikan pada masa penjajahan barat. Hal ini tidak lepas dari usaha pemerintah kolonial menggenjot jumlah produksi ekspor.

7) Mengenal Uang
Pada masa sebelum kedatangan bangsa-bangsa Barat, masyarakat biasanya bekerja secara gotong royong. Misalnya, dalam mengerjakan sawah, setiap kelompok penduduk akan mengerjakan secara bersama-sama dari sawah satu ke sawah yang lainnya. Pada masa kekuasaan kolonial Barat, uang mulai dikenalkan sebagai alat pembayaran jasa tenaga kerja. Keberadaan uang sebagai barang baru dalam kehidupan masyarakat menjadi daya tarik tersendiri. Masyarakat mulai menyenangi uang karena dianggap lebih mudah digunakan.

8) Perubahan dalam Pendidikan
Sebenarnya pendidikan sudah berkembang di berbagai daerah pada masa sebelum kedatangan bangsa Barat. Sedangkan pada pemerintahan kolonial Belanda terdapat dua pendidikan yang dikembangkan. Pertama adalah pendidikan yang dikembangkan oleh pemerintah, dan yang kedua adalah pendidikan yang dikembangankan oleh masyarakat.

Pusat-pusat kekuasaan Belanda di Indonesia di berbagai kota di Indonesia menjadi pusat pertumbuhan berbagai sekolah di Indonesia. Pada saat itu juga telah berkembang perguruan tinggi seperti Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Institut Pertanian Bogor (IPB).
Pada saat pemerintahan kolonial Barat, banyak terjadi diskriminasi pendidikan di Indonesia. Sekolah dibedakan menjadi dua golongan yakni sekolah untuk bangsa Eropa dan sekolah untuk penduduk pribumi. Hal ini mendorong lahirnya berbagai gerakan pendidikan di Indonesia. Taman siswa yang berdiri di Yogyakarta merupakan salah satu pelopor gerakan pendidikan modern di Indonesia. Sekolah-sekolah yang dipelopori berbagai organisasi pegerakan nasional tumbuh pesat awal abad ke XX.

9) Perubahan dalam Aspek Politik
Kejayaan kerajaan-kerajaan pada masa sebelum kedatangan bangsa Barat satu per satu mengalami kemerosotan bahkan keruntuhan. Pada masa kerajaan, rakyat dan diperintah oleh raja yang merupakan bangsa Indonesia. Pada masa pemerintahan kolonial Barat, rakyat diperintah oleh bangsa asing. Kekuatan bangsa Indonesia untuk mengatur bangsanya semakin berkurang, digantikan dengan kekuasaan bangsa Barat. Perubahan tersebut, yang paling penting diperjuangkan, tanpa kemerdekaan bangsa Indonesia sulit mengatur dirinya sendiri.

Perubahan dalam sistem politik juga terjadi dengan dikenal sistem pemerintahan baru. Pada masa kerajaan dikenal raja dan bupati, sementara pada masa kolonial Barat dikenal gubernur jenderal, residen, bupati, dan seterusnya. Para penguasa kerajaan menjadi kehilangan kekuasaannya digantikan dengan kekuasaan pemerintahan Kolonial Barat.

Terbentuknya pemerintahan Hindia Belanda di satu sisi menguntungkan bangsa Indonesia. Pemerintah Hindia Belanda yang terpusat menyebabkan hubungan yang erat antara rakyat Indonesia dari berbagai daerah. Muncul perasaan senasib dan sepenanggung dalam bingkai Hindia Belanda.

Munculnya berbagai organsasi pengerakan nasional tidak lepas dari ikatan politik Hindia Belanda. Sebelum masa penjajahan Hindia Belanda, masyarakat Indonesia terkotak-kotak oleh sistem politik kerajaan. Terdapat puluhan kerajaan di berbagai daerah di Indonesia. Pada masa pemerintahan Hindia Belanda, berbagai daerah itu disatukan dalam satu identitas, yakni Hindia Belanda.

10) Perubahan dalam Aspek Budaya
Benteng Vredeburg merupakan salah satu bukti pengaruh kolonialisme dalam bidang budaya Seni bangunan dengan gaya Eropa dapat ditemukan di berbagai kota di Indonesia. Masa penjajahan Belanda berpengaruh terhadap teknologi dan seni bangunan di Indonesia. Perubahan kesenian terjadi terutama di masyarakat perkotaan yang mulai mengenal tarian-tarian Barat. Kebiasaan dansa dan minum-minuman yang dikenalkan para pejabat Belanda berpengaruh pada perilaku sebagai masyarakat Indonesia. Bahasa-bahasa Belanda juga berpengaruh dalam kosa kata bahasa Indonesia.

Dalam aspek budaya juga terjadi perubahan kehidupan agama masyarakat Indonesia. Pengaruh kolonial yang lain adalah penyebaran agama Kristen di Indonesia.

Agama Kristen diprediksi sampai di Indonesia sejak zaman kuno melalui jalur pelayaran. Menurut Cosmas Indicopleustes dalam bukunya Topographica Christiana, pada abad VI sudah ada komunitas Kristiani di India Selatan, di Pantai Malabar, dan di Sri Lanka. Dari Malabar itu, agama Kristen menyebar ke berbagai daerah. Pada tahun 650, agama Kristen sudah mulai berkembang di Kedah (Semenanjung Malaya) dan sekitarnya. Pada abad IX, Kedah berkembang menjadi pelabuhan dagang yang sangat ramai di jalur pelayaran yang menghubungkan India-Aceh-Barus-Nias melalui Selat Sunda-Laut Jawa dan selanjutnya ke Tiongkok. Jalur inilah disebut-sebut sebagai jalur penyebaran agama Kristen dari India ke Nusantara.

Penyebaran agama Kristen menjadi lebih intensif lagi seiring datangnya bangsa-bangsa Barat ke Indonesia pada abad XVI. Kedatangan bangsa-bangsa Barat itu semakin memantapkan dan mempercepat penyebaran Agama Kristen di Indonesia. Orang-orang Portugis menyebarkan agama Kristen Katolik (Selanjutnya disebut Katolik). Orang-orang Belanda membawa Agama Kristen Protestan (selanjutnya disebut Kristen).

Yang menyebarkan agama Katolik di Indonesia, mereka adalah para pastor, seperti Fransiskus Xaverius dari ordo Serikat Yesus. Pastor ini aktif mengunjungi desa-desa di sepanjang Pantai Leitimor, Kepulauan Lease, Pulau Ternate, Halmahera Utara, dan Kepulauan Morotai. Usaha penyebaran agama Katolik ini kemudian dilanjutkan oleh pastor-pastor yang lain. selanjutnya di Nusa Tenggara Timur, seperti Flores, Solor, Timor, agama Katolik berkembang dengan baik sampai sekarang.

Agama Kristen Protestan berkembang di Kepulauan Maluku terutama setelah VOC menguasai Ambon, yang saat itu dipelopori Zending. Penyebaran agama Kristen ini juga semakin intensif saat Raffles berkuasa di Indonesia. Agama Katolik dan kemudian juga Kristen Protestan berkembang pesat di Indonesia bagian timur.

Pengaruh lain dalam bidang budaya adalah pakaian, bahasa, makanan, dan jenis pekerjaan baru. Pakaian gaya Eropa tidak hanya berpengaruh dalam lingkungan keraton, namun juga masyarakat luas. Kalian dapat juga menemukan berbagai kosa kata pengaruh Belanda seperti Knalpot, Kabinet, Kanker, dll.


B. Perubahan Masyarakat pada Masa Penjajahan Jepang
1) Perubahan dalam Aspek Geografi
Adanya eksploitasi kekayaan alam menjadi ciri penting pada masa pendudukan Jepang. Misi untuk memenangkan Perang Dunia II mendorong Jepang menjadikan Indonesia salah satu basisnya menghadapi tentara Sekutu. Jepang banyak membutuhkan banyak dukungan dalam menghadapi Perang Dunia II. Lahan perkebunan yang ada pada masa Hindia Belanda merupakan lahan yang menghasilkan untuk jangka waktu yang lama. Jepang menggerakkan tanaman rakyat yang mendukung Jepang dalam Perang Dunia II. Tanaman jarak dikembangkan sebagai bahan produksi minyak yang dibutuhkan sebagai mesin perang.

Kesengsaraan pada masa pendudukan Jepang menyebabkan besarnya angka kematian pada masa pendudukan Jepang. Migrasi terjadi terutama untuk mendukung perang Jepang menghadapi Sekutu. Banyak rakyat Indonesia yang ikut dalam romusha ataupun membantu pasukan Jepang di berbagai negara Asia Tenggara untuk membantu perang Jepang. Sebagian dari mereka tidak kembali atau tidak diketahui nasibnya. Menurut catatan sejarah, jumlah tenaga kerja yang dikirim ke luar Jawa, bahkan ke luar negeri seperti Burma, Malaya, Vietnam, dan Mungthai/Thailand mencapai 300.000 orang. Ratusan ribu orang itu banyak yang tidak diketahui nasibnya setelah Perang Dunia II berakhir.

2) Perubahan dalam Aspek Ekonomi
Sistem ekonomi perang Jepang membawa kemunduran dalam bidang perekonomian di Indonesia. Putusnya hubungan dengan perdagangan dunia mempersempit kegiatan perekonomian di Indonesia. Perkebunan tanaman ekspor diganti menjadi lahan pertanian untuk kebutuhan sehari-hari.

Pembatasan ekspor menyebabkan sulitnya memperoleh bahan pakaian. Maka, rakyat Indonesia pun mengusahakannya sendiri. Pakaian yang terbuat dari benang goni menjadi tren pada masa pendudukan Jepang.

Wajib setor padi dan tingginya pajak pada masa pendudukan Jepang menyebabkan terjadinya kemiskinan luar biasa. Angka kematian mencapai 50%. Kemiskinan yang luar biasa berdampak pada penyakit-penyakit sosial lainnya. Gelandangan, pengemis, kriminalitas, semakin berkembang akibat lemahnya kekuatan ekonomi rakyat.

3) Perubahan dalam Aspek Pendidikan
Kegiatan pendidikan dan pengajaran menurun. Sebagai contoh, gedung sekolah dasar menurun dari 21.000 menjadi 13.500 buah ; gedung sekolah lanjutan menurun dari 850 menjadi 20 buah. Kegiatan perguruan tinggi macet. Sementara itu, pengenalan budaya Jepang dilakukan di berbagai sekolah di Indonesia. Bahasa Indonesia dapat menjadi bahasa pengantar di berbagai sekolah di Indonesia. Adapun bahasa Jepang menjadi bahasa utama di sekolah-sekolah.

Tradisi budaya Jepang dikenalkan disekolah-sekolah mulai dari tingkat rendah. Para siswa harus digembleng agar bersemangat Jepang (Nippon Seishin). Para pelajar juga harus menyanyikan lagu Kimigayo (Lagu kebangsaan Jepang) dan lagu-lagu lain, menghormati bendera Hinomaru, serta melakukan gerakan badan (Taiso) dan Seikerei.

4) Perubah dalam Aspek Politik
Propaganda Jepang berhasil memengaruhi masyarakat Indonesia. Dengan alasan untuk membebaskan bangsa Indonesia dan penjajahan Belanda, Jepang mulai mendapat simpati rakyat. Dengan kebijakan yang kaku dan keras, secara politik organisasi pergerakan yang pernah ada sulit mengembangkan aktivitasnya. Bahkan, Jepang melarang dan membubarkan semua organisasi pergerakan politik yang pernah ada di masa kolonial Belanda. Hanya MIAI yang kemudian diperbolehkan hidup karena organisasi ini dikenal sangat anti budaya Barat (Belanda). Kempetai selalu memata-matai gerak-gerik organisasi pergerakan nasional. Akibatnya muncul gerakan-gerakan bawah tanah.

Jepang berusaha mendapatkan simpati dari dukungan rakyat dan tokoh-tokoh Indonesia atas kekuasaannya di Indonesia. Akibatnya hal ini menimbulkan beragam tanggapan dari para tokoh pergerakan nasional. Kelompok pertama adalah kelompok yang masih mau bekerja sama dengan Jepang, tetapi tetap menggelorakan pergerakan nasional. Para tokoh ini adalah mereka yang muncul dalam berbagai organisasi bentukan Jepang. Adapun kelompok kedua adalah mereka yang tidak mau bekerja sama dengan pemerintah Jepang dan melakukan gerakan bawah tanah.

Pada masa akhir pendudukan Jepang, terjadi revolusi politik di Indonesia, yaitu kemerdekaan Indonesia. Peristiwa proklamasi, kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945 menjadi momen penting perjalanan sejarah Indonesia selanjutnya. Kemerdekaan telah membawa perubahan masyarakat dalam segala bidang.

5) Perubahan dalam Aspek Budaya
Jepang berusaha ‘menjepangkan’ Indonesia. Ajaran “Shintoisme” diajarkan pada masyarakat Indonesia. Kebiasaan menghormati matahari dan menyanyikan lagu Kimigayo merupakan salah satu pengaruh pada masa pendudukan Jepang. Pengaruh budaya ini menimbulkan perlawanan di berbagai daerah. Kalian dapat mengamati terjadinya perlawanan masyarakat pada masa pendudukan Jepang. Salah satu penyebab perlawanan adalah penolakan terhadap kebiasaan menghormati matahari.

Perkembangan Bahasa Indonesia pada pendudukan Jepang mengalami kemajuan. Pada 20 Okt 1943, atas desakan dari beberapa tokoh Indonesia, didirikan Komisi (Penyempurnaan) Bahasa Indonesia. Tugas Komisi adalah menentukan istilah-istilah modern dan menyusun suatu tata bahasa normatif serta menentukan kata-kata yang umum bagi bahasa Indonesia.